Dialog : Rahmat Tertinggi Selain Iman

(Ilustrasi/Dialog Guru dan Murid)

Murid :bagaimana pendapat tuan tentang konsultasi dengan orang lain ?

Guru : tak perlu, kecuali dengan orang yang dapat dipercayai.

Murid : mengenai pemberian fatwa ?

Guru : Pertama : perhatikan apakah kata-katamu itu akan membawa keselamatan bagimu, jika demikian berfatwalah, niscaya engkau akan dihormati dan dipercayai.

Murid : Bagaimana Pendapat tuan tentang Persahabatan dengan orang lain ?

Guru : Jika kau jumpai orang arif dan dapat dipercaya, bersahabatlah dengannya, dan jauhilah selain seperti engkau menjauhi binatang buas.

Murid : Bagaiman Cara bertakarrub kepada Allah ?

Guru : Dengan meninggalkan dosa-dosa Batiniah.

Murid : Mengapa Batiniah, Bukanya lahiriah ?

Guru : sebab jika kau hindari dosa-dosa batiniah, maka yang lahiriah akan tercerah dengan sendirinya.

Murid : Dosa Apakah yang paling mencelakakan ?

Guru : Dosa yang tak kau sadaribahwa itu suatu dosa. dan yang lebih mencelakakan lagi adalah menganggapnya suatu kebajikan, padahal itu selamanya adalah dosa.

Murid : Dosa Apakah yang paling bermamfaat bagiku ?

Guru : Dosa yang selalu kau sesali dan kau tangisi sampai kau matiagar kau tak berbuat dosa lagi itulah Tobat sejati.

Murid : Kebajikan apa yang membinasakan ?

Guru : Kebajikan yang membuatmu lupa akan perbuatan-perbuatan kejimu kebajikan yang selalu kau ingat, bangga dan yakin hingga kau tak takut lagi kepada dosa yang telah kau buat.

Murid : Dimana Letak Pribadiku ?

Guru : Di penjara dan dirumah 

Murid : Di mana aku kan celaka ?

Guru : Dimanapun bila nafsu dan godaan merangkulmu.

Murid : Rahmat Allah manakah yang paling menguntungkan Ku ?

Guru ; Bilamana Dia Melindungimu dari ketidak patuhan kepadanya. dan menolongmu untuk patuh kepadanya.

Murid : Terangkanlah secara lebih jelas kepadaku ?

Guru : Baiklah, Bila dia menolongmu dengan tiga Hal : Akal yang cukupuntuk melawan serangan nafsumu, pengetahuan yang cukup tentang kejahilanmu, dan Qanaah yang mengikis dari dirimu rasa cemas akan Kemiskinan. (*)


Sumber : The Secret Of Sufi (Ahmad Bin Asim Al Anthaki)


0 Komentar