Kabupaten ini memiliki potensi wisata alam yang luar biasa, seperti Gunung Kerinci, Danau Kerinci, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan berbagai air terjun, pemandian air panas, dan situs sejarah. Namun, tahukah Anda bagaimana sejarah pembentukan kabupaten ini?
Berikut ini adalah ulasan singkat tentang sejarah Kabupaten Kerinci dari masa lampau hingga kini.
Zaman Prasejarah
Kabupaten Kerinci memiliki jejak sejarah yang cukup panjang dan tua. Di daerah ini, banyak ditemukan batu-batuan megalitik dari zaman perunggu (Bronze Age) dengan pengaruh Budha termasuk keramik Tiongkok, Hal ini menunjukkan bahwa wilayah ini telah banyak berhubungan dengan dunia luar sejak zaman dahulu.
Nama Kerinci sendiri berasal dari bahasa Tamil, yaitu kurinji, yang merupakan nama bunga yang tumbuh di daerah pegunungan India Selatan Bunga ini juga menjadi lambang flora resmi Kabupaten Kerinci.
Zaman Klasik
Pada zaman klasik, Sumatera dikenal dengan istilah Swarnadwipa atau Swarnabhumi (tanah atau pulau emas). Kala itu, Kerinci, Lebong, dan Minangkabau menjadi wilayah penghasil emas utama di Indonesia Emas ini kemudian menjadi komoditas perdagangan yang menarik minat pedagang-pedagang dari berbagai negeri.
Berdasarkan catatan China, menyebut ada sebuah negeri yang bernama Koying yang berdiri pada abad ke-2 SM terletak di sebuah dataran tinggi dan memiliki gunung api Beberapa ahli berpendapat bahwa Koying identik dengan dataran tinggi Kerinci.
Pada abad ke-14 M, Kerinci menjadi bagian dari Kerajaan Melayu Jambi dan dianggap sebagai salah satu wilayah penting di wilayah tersebut.
Pada masa ini, Kerajaan Jambi menetapkan undang-undang kepada para kepala suku atau luhah di setiap dusun di Selunjur Bhumi Kurinci Kepala suku tersebut disebut sebagai Depati, yaitu pemimpin adat di Kerinci.
Pada masa ini, Kerajaan Jambi menetapkan undang-undang kepada para kepala suku atau luhah di setiap dusun di Selunjur Bhumi Kurinci Kepala suku tersebut disebut sebagai Depati, yaitu pemimpin adat di Kerinci.
Zaman Kolonial
Pada abad ke-16 M, terjadi perjanjian di Bukit Sitinjau Laut antara Kesultanan Jambi yang diwakili oleh Pangeran Temenggung Kebul di Bukit, Kesultanan Inderapura yang diwakili oleh Sultan Muhammadsyah dikenal dengan sebutan Tuanku Berdarah Putih dan Alam Kerinci yang diwakili oleh Depati Rencong Telang dan Depati Rajo Mudo.
Perjanjian ini mengatur tentang batas wilayah dan hubungan antara ketiga pihak. Perjanjian ini juga menetapkan bahwa Alam Kerinci tetap berada di bawah kekuasaan Kesultanan Jambi.
Zaman Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, Kabupaten Kerinci menjadi bagian dari Provinsi Jambi yang dibentuk pada tahun 1958. Pada tahun 2011, pusat pemerintahan Kabupaten Kerinci dipindahkan dari Kota Sungai Penuh ke Siulak.
Hal ini dilakukan untuk mempercepat pembangunan dan pelayanan publik di wilayah Kerinci.
Saat ini, Kabupaten ini terdiri dari 18 kecamatan, 2 kelurahan, dan 285 desa. Kabupaten kerinci juga memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan, seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, industri, dan pariwisata. (*)
0 Komentar