SORAKLINTERA, KERINCI – Suasana
asri dan alami nuansa pedesaan, langsung terasa ketika pertama kali menapakkan
kaki di Desa Baru Semerah, Kecamatan Tanah Cogok, Kabupaten Kerinci.
Terdengar Kicauan burung sesekali menerpa telinga dengan suara yang merdu
dan henyuh, mengiringi perjalanan menelusuri desa wisata yang berada di wilayah
paling barat Provinsi Jambi ini.
Hawa sejuk menyelimuti tubuh, sesampainya di ujung desa di mana terdapat
dedaun rimbun ribuan batang pohon bambu yang tumbuh, seolah-olah menjadi pagar
hidup melindungi wilayah Desa Baru Semerah.
“Lokasinya di ujung desa pak. Jalan sekitar 200 meter lagi melewati hutan
bambu, nanti sampai di area persawahan, Homestay nya ada di sana,” kata seorang
petani sambil tersenyum ramah, menunjukkan arah jalan kepada para tamu untuk di
tunjuk arah ke lokasi Bumi Bambu.
Setelah
melewati hutan bambu, mata seakan terhipnotis ketika melihat bangunan bernuansa
khas bambu yang sederhana namun sangat menarik dan estetik.
Beratapkan ijuk, ditopang olah
tiang-tiang penyangga dari bambu yang kokoh, bangunan Homestay sungguh sedap
dipandang mata.
Dindingnya terbuat dari dinding anyaman
bambu berlapis pernis mengkilap, yang dianyam oleh tangan-tangan terampil
pengrajin lokal Desa Baru Semerah.
Dari kejauhan saja, sudah terbayang bagaimana nyamannya ketika tidur dan
bersantai bersama keluarga di bangunan berarsitektur klasik itu.
Ini lah Bumi Bambu Namanya. Sebuah Homestay dan wisata alam bernuansa
Bambu ini terletak di tengah-tengah keindahan alam Kerinci (Branding WisataProvinsi Jambi) yang menakjubkan. Dari hutan bambu yang hijau, sampai sawah nan
menghampar luas, memancarkan pesona alam Kerinci yang khas yang disapa “Sekepal
Tanah Surga Yang dicampakkan Kebumi”.
Di
sekitar Bumi Bambu, tamu dapat menemukan sawah-sawah indah yang menawarkan
pemandangan yang menakjubkan dan ketenangan hati dan jiwa yang luar biasa.
Candrawasih Ketua Bumdes yang juga
Pengiat Wisata “Kami mencoba sebaik mungkin untuk memenuhi aspek arsitektur
bambu secara ideal dan Back to Nature,” Ketua Bumdes Buluh Perindu Desa Baru
Semerah, yang mengelola Homstay Bumi Bambu ini.
Katanya, konsep hunian ini tidak memaksakan bentuk yang tidak seharusnya
dicapai oleh material natural seperti bambu, karena akan menjadi terlihat kaku
dan kurang natural.
Dijelaskannya, Homestay Bumi Bambu saat ini masih dalam tahap pengembangan.
Meskipun sudah banyak yang boking ingin menginap, namun sementara terpaksa
ditolak.
“Kita maksimalkan dulu fasilitasnya, baru setelah itu kita berani menerima
tamu. Kami tidak mau tamu kecewa, lantaran buru-buru tanpa persiapan,Untuk
memanjakan pengunjung, pengelola juga menyiapkan pakaian tradisional jepang,
yang bisa digunakan oleh tamu berswafoto, lengkap dengan samurai dan
payung,”ucapnya.
Kendatipun demikian, Ican mengaku
tidak bisa membatasi warga yang datang untuk berswafoto di bangunan bambu ini.
“Kalau hanya untuk swafoto kita perbolehkan. Kasihan juga sudah datang
jauh-jauh namun kita larang,” tambahnya.
Lokasi Strategis Homestay Bumi Bambu, memiliki lokasi strategis yang memudahkan tamu untuk
mengakses berbagai tempat wisata populer di sekitarnya.
Menariknya lagi, hunian bernuansa natural ini hanya berjarak satu kilometer dari Bandara Depati Parbo. Bahkan, pintu masuk bandara saling berhadapan dengan jalan menuju ke lokasi Homestay Buluh Perindu.
Bagi penghobi olahraga jalan kaki ataupun jogging, bisa menelusuri jalan
setapak yang membentang membelah area pesawahan. Tamu akan merasakan kedamaian
yang hanya bisa ditemukan di Bumi Bambu.
“Yang sudah jogging tentu sangat senang, karena mendapatkan jogging track
yang alami menelusuri area persawahan,”ungkap Ican.
Kepala Desa Baru Semerah Edi
Januar, M.Pd Melalui Sekretaris Desa Baru Semerah, Endi Suardani, mengatakan
pihaknya terus mengupayakan pengembangan Homestay, yang diharapkan mampu
menjadi pendulang Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Selain Homestay lanjutnya, mak-mak dan remaja putri di Desa Baru Semerah
juga sangat terampil membuat kerajinan dan souvenir dari bambu, sehingga ikut
mendukung pengembangan wisata dan Homestay ini.
Di samping mengandalkan Dana Desa, pihaknya juga mengupayakan adanya
bantuan dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, untuk melakukan pengembangan.
“Kami mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah, baik kabupaten maupun
dari provinsi. Kalau hanya mengandalkan dana desa tentu tidak bisa,”beber
alumni pasca sarjana IAIN Kerinci.
Selama ini, pengembangan Homestay ini belum mendapatkan perhatian dari
pemerintah Kabupaten Kerinci. “ Belum ada bantuan dari kabupaten. Jalan saja
kami bangun sendiri,”pungkasnya. (Eja/*)
0 Komentar